Skip to main content
Artikel

Kembali ke Fitrah : Refleksi Spiritual melalui Hari Raya Idul Fitri

https://id.pinterest.com/

Idulfitri adalah perayaan selesainya ibadah puasa di bulan Ramadan, yang menurut bahasa memiliki arti kembali kepada fitrah atau kesucian. Namun, seberapa penting manusia untuk kembali kepada fitrahnya dan bagaimana definisi dari kembali ke fitrah?

Konsep fitrah menurut Sayyid Qutb adalah manusia secara potensial mempunyai kapasitas untuk meraih ketenangan dalam diri mereka sendiri serta punya kemampuan untuk menyeimbangkan naluri terdalam dengan kebutuhan-kebutuhan yang secara fundamental asing bagi mereka, baik sifatnya biologis, maupun sosial. Dalam bukunya, “Inilah Islam”, terjemahan dari Hadza al-Dzn, Sayyid Qutb menulis “Ketika seseorang sejalan dengan fitrahnya sehingga segalanya dapat tersalurkan secara wajar, ia akan mendaki mengikuti fitrah-Nya untuk mencapai derajat yang setinggi-tingginya. kemudian ia akan menemukan segala sesuatu yang menyenangkan dan menentramkan hati.”

Berdasarkan konsep fitrah menurut Sayyid Qutb tentulah Ramadan merupakan ajang kembali kepada fitrah, karena Ramadan merupakan bulan penuh berkah yang menghadirkan banyak makna bagi kehidupan individu dan sosial melalui ibadah puasa serta ibadah lainnya. Sebab rangakaian ibadah selama Ramadan bertujuan untuk mendidik dan melatih manusia agar dapat mengartikulasikan fitrah kemanusiaan sebagai makhluk yang memiliki sifat-sifat baik, menyimpan karakter ketakwaan, dan kontrol diri dalam memenuhi kebutuhannya. Sehingga segala sesuatu nya tersalurkan dengan wajar dan perlahan menemukan kedamaian dalam jiwanya. Lalu, seberapa pentingkah manusia untuk bertahan pada fitrahnya atau belajar kembali ke fitrah?

فَأَقِمۡ وَجۡهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفٗاۚ فِطۡرَتَ ٱللَّهِ ٱلَّتِي فَطَرَ ٱلنَّاسَ عَلَيۡهَاۚ لَا تَبۡدِيلَ لِخَلۡقِ ٱللَّهِۚ ذَٰلِكَ ٱلدِّينُ ٱلۡقَيِّمُ وَلَٰكِنَّ أَكۡثَرَ ٱلنَّاسِ لَا يَعۡلَمُونَ

“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam sesuai) fitrah (dari) Allah yang telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah (tersebut). Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS : Ar-Rum Ayat 30)

Tafsir Wajiz dari ayat ini adalah, setelah memaparkan bukti-bukti keesaan dan kekuasaan Allah serta meminta Rasul dan umatnya bersabar dalam berdakwah, melalui ayat berikut Allah meminta mereka agar selalu mengikuti agama Islam, agama yang sesuai fitrah. Maka hadapkanlah wajahmu, yakni jiwa dan ragamu, dengan lurus kepada agama Islam. Itulah fitrah Allah yang Dia telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Manusia diciptakan oleh Allah dengan bekal fitrah berupa kecenderungan mengikuti agama yang lurus, agama tauhid. Inilah asal penciptaan manusia dan tidak boleh ada seorang pun yang melakukan perubahan pada ciptaan Allah tersebut. Itulah agama yang lurus, agama tauhid, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui dan menyadari bahwa mengikuti agama Islam merupakan fitrahnya.

Maka dapat kita simpulkan sebab fitrah  adalah cerminan takwa seseorang atas keesaan Allah SWT. jadi penting bagi kita untuk senantiasa istiqamah menjaga fitrah kita sebagai manusia sesuai dengan ketetapan Allah. Karena kita anak cucu Adam adalah mahluk yang mudah lengah dan kerap mengalami distraksi dari lingkungannya, sehingga menyebabkan perubahan pada fitrah yang dimilikinya. Hal ini sesuai dengan firman Allah pada surah Al-Araf ayat 172 :

وَإِذۡ أَخَذَ رَبُّكَ مِنۢ بَنِيٓ ءَادَمَ مِن ظُهُورِهِمۡ ذُرِّيَّتَهُمۡ وَأَشۡهَدَهُمۡ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِمۡ أَلَسۡتُ بِرَبِّكُمۡۖ قَالُواْ بَلَىٰ شَهِدۡنَآۚ أَن تَقُولُواْ يَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِ إِنَّا كُنَّا عَنۡ هَٰذَا غَٰفِلِينَ  “

“Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan).”

https://id.pinterest.com/

Puasa Ramadan bukan hanya tentang menahan diri dari makan dan minum selama siang hari, tetapi juga tentang meningkatkan kesadaran spiritual serta moral. Selama bulan Ramadan, umat Islam dituntun untuk meningkatkan kualitas ibadah dan berbuat kebaikan. Maka dari itu, Idulfitri menjadi momen yang tepat untuk merefleksikan pencapaian diri selama bulan Ramadan Sebab makna Idulfitri bukan sekadar merayakannya dengan pakaian baru itu, tetapi meningkatkan derajat kualitas keimanan, kesalehan, dan ketakwaan.  Idulfitri menjadi kesempatan untuk mengevaluasi sejauh mana telah mengaplikasikan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Melalui introspeksi diri, umat Islam dapat memeriksa perilaku, sikap, serta hubungan mereka dengan Allah juga sesama manusia. Jika Idulfitri berarti kembalinya seseorang ke dalam keadaan suci atau terbebas dari segala dosa, maka sudah seharusnya orang tersebut akan selalu berbuat yang benar, bahkan memberi maaf kepada orang melakukan kesalahan. Idulfitri hakikatnya bukan akhir dari Ramadan, melainkan awal pembuktian hasil puasa Ramadan.

Selain itu, Idulfitri juga merupakan waktu untuk memperbaiki hubungan sosial. Tradisi bersilaturahmi saat Idulfitri merupakan wujud nyata dari upaya untuk mempererat tali persaudaraan, menghapuskan kesalahpahaman, dan memaafkan kesalahan sesama manusia. Dalam prosesnya, umat Islam belajar untuk merendahkan hati, menghargai perbedaan, dan membangun kedamaian di antara sesama.

Namun, penting untuk diingat bahwa refleksi diri tidak hanya terbatas pada Idulfitri. Setiap hari adalah kesempatan untuk memperbaiki diri, meningkatkan kualitas hidup, dan mendekatkan diri kepada Tuhan. Dengan demikian, semangat Idulfitri harus terus dihayati dan diamalkan sepanjang tahun, sebagai bagian dari perjalanan spiritual yang berkelanjutan.

Kesimpulannya, Idulfitri bukan hanya sekedar perayaan yang penuh kegembiraan, tetapi juga sebagai waktu yang tepat untuk merefleksikan diri. Melalui introspeksi dan evaluasi diri, umat Islam dapat memperbaiki kualitas hidup mereka dan mendekatkan diri kepada Tuhan serta sesama manusia. Semoga semangat Idufitri memberikan inspirasi dan motivasi untuk terus berusaha menjadi pribadi yang lebih baik setiap harinya.

Ika Shafarianti & Shifa Isyalini Sukino,

HIQMA UIN Jakarta

Daftar Pustaka

Syukur, A. Taufik & Rachman, R. Siti. (2018). Fitrah Manusia Menurut Al-Qur’an. Tangerang Selatan : Parju Kreasi

Saadi, T. Zainut. (2023, 13 April). Puasa Menempa Karakter Ketakwaan. Diakses pada 9 April 2024, dari https://www.jawapos.com/opini/01559348/puasa-menempa-karakter-ketakwaan

Syukur, Abdul. (2021, 12 Mei). Menilik Kembali Makna Fitrah dan Fitri. Diakses pada 9 April 2024, dari https://nu.or.id/opini/menilik-kembali-makna-fitrah-dan-fitri-1jqxg

Diakses pada 9 April 2024, dari https://quran.nu.or.id/ar-rum/30

Ningsih, L. Widya. (2023, 21 April). Arti dan Makna Idul Fitri. Diakses pada 9 April 2024, dari https://www.kompas.com/stori/read/2023/04/21/100000179/arti-dan-makna-idul-fitri

Leave a Reply

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.