Skip to main content

Joseph EB Lumbard merupakan seorang  cendekiawan muslim terkemuka di Amerika yang lahir di Washington DC, pada tahun 1969. Joseph Lumbard lahir di keluarga beragama Kristen yang taat. Ia dibesarkan di gereja Episkopal sebagai putra altar yang selalu rajin mengadakan pelayanan dan kebaktian. Selain itu, Joseph Lumbard juga aktif dengan kegiatan gerejanya, seperti kegiatan perayaan haribesar keagamaan Paskah, Natal, dan Tahun Baru. Ketika remaja, Lumbard mulai kehilangan minatnya dalam kegiatan gerejanya dan keaktifannya mulai berkurang. Pertanyaan mengenai apakah Tuhan itu ada, dan pertanyaan mengenai kepercayaan lainnya muncul di benaknya. Perlahan-lahan Joseph Lumbard menjadi seorang Atheis. Semenjak saat itu, ia dikenalkan dengan agama Islam dan mencari tahu kemudian mengeksplorasi ketertarikannya pada pengetahuan Islam.

Joseph Lumbard melanjutkan pendidikannya di Universitas George Washington, dengan mengambil program studi Kajian Keislaman. Pada tahun 1991 yakni pada tahun kedua di perkuliahannya, Lumbard memeluk agama Islam dan memilih Islam bukan hanya sebagai objek kajian pada pendidikannya namun juga sebagai pedoman keyakinan hidup. Menurutnya, agama Islam adalah agama yang logis terutama dalam konsep ketuhanan serta memiliki akar yang jelas dalam setiap ajarannya. Segala sesuatu yang telah ia cari akan ia temukan dalam agama Islam.

Kemudian ia melanjutkan pendidikan S2 di George Washington University sebagai dan berhasil meraih gelar Master dan gelar M.I. dengan gelar cumlaude dalam sastra Inggris dan Studi Agama pada tahun 1993. Tidak berhenti disana, ia melanjutkan pendidikan Kajian Keislamannya dengan menempuh pendidikan S3 di Universitas Yale dalam Studi Islam dan Perbedaan dan berhasil meraih gelar S3 nya, Ph.D dan M.Phil pada Mei 2003.

Selain itu, Joseph Lumbard juga menempuh pendidikan Islam tambahan dan melengkapi pelatihan universitasnya untuk mempelajari Al-Quran, hadits, tasawuf, dan filsafat Islam melalui guru-gurunya yang berasal dari Maroko, Mesir, Yaman, dan Iran. Beliau telah mempelajari banyak teks-teks Islam dan meneliti kajian yang berkaitan dengan peradaban Islam. Lumbard mengawali karir mengajarnya dan menjadi Professor Studi Quran di CIS. Sebelumnya, Joseph Lumbard menjadi pengajar di American University di Sharjah, Universitas Brandeis, dan American University di Kairo kemudian diangkat menjadi Penasihat Urusan Antar Agama di Pengadilan Agama Raja Abdullah II Yordania. Pada tahun 2001, Joseph Lumbard mendirikan sebuah lembaga riset yang bernama Islamic Research Institute (IRI) sebagai wadah bagi banyak cendekiawan lainnya untuk mengembangkan keilmuan khususnya kajian dan isu-isu keislaman.

Lumbard juga mahir berbahasa Arab dan Persia, sehingga beliau juga kerap menjadi seorang copy-editor literatur-literatur studi Islam. Salah satunya seperti Islam, Fundamentalisme, dan Pengkhianatan Tradisi, dan beberapa karya lainnya seperti, Submission, Faith and Beauty: The Religion of Islam pada tahun 2009, dan Love the Remembrance: The Life and Teachings of Ahmad al-Ghazali pada tahun 2016. Serta beberapa karya sarjana lain yang disuntingnya, misalnya seperti karya terkemuka yang ditulis oleh Sayyed Hossein Nasser, seperti Ideals and Realities of Islam, Islam and The Plight of Modern Man, The Heart of Islam. Selain itu artikel-artikel kajian keislamannya telah dimuat dalam koleksi jurnal seperti The Islamic Quarterly, Transenden filsafat dan Sophia.

Saat ini selain menjadi Asisten Profesor di Universitas Brandeis dan mengembangkan lembaga risetnya, The Islamic Research Institute (IRI), Joseph Lumbard aktif di sosial medianya untuk menyebarkan ilmu pengetahuannya yang berkaitan dengan kajian kealquranan. Selain itu Joseph Lumbard diketahui menggunakan platform Youtube-nya sebagai sarana untuk menyampaikan pemikirannya dan menyalurkan banyak ilmunya kepada masyarakat khususnya bagi murid-muridnya. Dari paltform tersebut, Lumbard banyak menyampaikan hal-hal yang berkaitan dengan Islam dan kealquranan. Salah satunya Lumbard membahas mengenai Introduction-Islamic Studies.

Telah diketahui bahwa dalam salah satu karya tafsir Sayyed Hossein Naser yang berjudul The Study Quran, Joseph Lumbard menjadi salah satu editor bersama dengan cendekiawan barat lainnya seperti Caner K. Dagli, dan Maria Massi Dakake. Hal ini menjadikan salah satu bukti bahwasannya Sayyed Hossein Naser juga turut mewaranai pemikiran Joseph Lumbard terhadap keilmuan barat. Terlebih lagi Sayyed Hossein Naser juga merupakan seorang Professor yang mengajadi di Universitas George Washington yang juga sering mengkritisi modernitas barat.

Dalam artikelnya yang diterbitkan pada tahun 2012, yaitu Journal of Qur’anic Studies, didalamnya dijelaskan mengenai bagaimana sarjana-sarjana kajian kealqur’anan Barat yang diresepsi di dunia Muslim. Dalam tulisannya, Andrew Rippin mengatakan harapannya agar kedepannya seluruh sarjana-sarjana dari penjuru dunia dapat berkontribusi bersama mengkaji Al-Qur’an lebih jauh. Meskipun memungkinkan adanya rintangan-rintangan yang menjadi penghambat untuk mewujudkannya, salah satunya rendahnya kepercayaan sarjana-sarjana muslim terhadap cendekiawan Barat. Keraguan dan ketidakpercayaan sarjana muslim ini telah disebutkan didalam karyanya oleh salah seorang sarjana lainnya yakni, Majid Daneshgar.

Berkenaan dengan hal ini, Joseph Lumbard mengemukakan hambatan lainnya yang ditemukan dalam kalangan sarjana Barat itu sendiri (hambatan internal). Lumbard menyebutnya dengan “Epistemic Privileging of Euro-American Approaches” yakni, sistem pengetahuan yang lebih mengistimewakan pendekatan-pendekatan Amerika dan Eropa lebih dari pendekatan-pendekatan ilmu pengetahuan yang lain. Lumbard mengkritik bahwasannya, terdapat kecenderungan dalam menilai adanya dominansi dan anggapan bahwa barat menjadi pusat dan satu-satunya standar kemajuan ilmu pengetahuan. Hal ini menjadikan sarjana Barat dan Sarjana non-Barat seolah menjadi tidak bisa disatukan dan mustahil untuk bekerjasama dan berkontribusi bersama dalam mengkaji ilmu pengetahuan khususnya kajian keislaman atau studi Qur’an.

Joseph Lumbard mengemukakan dampak dari Eurosentrisme ini terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dunia khususnya dalam studi Qur’an. Karena adanya sikap mendominasi itulah Studi Qur’an dalam akademi Barat tumbuh tanpa adanya keyakinan dan seolah mengabaikan metodologi yang telah berkembang lebih dulu dalam tradisi kajian kitab klasik. Kumpulan literatur klasik islam dianggap sebagai rujukan yang terlalu agamis serta tidak kognitif. Sehingga literatur-literatur tersebut dianggap hanya sebagai catatan eksistensial dari pemikiran dan keyakinan generasi selanjutnya bukan sebagai rekaman sejarah. Selain itu Lumbard juga mengatakan bahwasannya terdapat banyak hasil kajian dalam artikel yang tidak langsung merujuk pada literatur-literatur klasik bahasa Arab melainkan kebanyakan sarjana Barat langsung mengutip dari berbagai karya-karya Barat lainnya. 

Maka dari itu, menurut Joseph Lumbard, ia menawarkan salah satu solusi untuk meminimalisir hambatan-hambatan yang ada. Salah satunya dengan “a transmodern field of Quranic Studies” dengan memberikan ruang bagi para sarjana dengan latarbelakang apapun untuk berdialog, berdiskusi, dan menyampaikan pemikirannya meskipun terdapat perbedaan metodologi dan epistemologi. Dengan begitu, para sarjana dapat berkolaborasi dan berkontribusi bagi perkembangan keilmuan Islam tanpa adanya anggapan kecenderungan dominansi atau superior dari pihak manapun. Bagi Lumbard, pengembangan counter-hegemonic approaches adalah yang terpenting saat ini. Karena melalui counter-hegemonic approaches memungkinkan terciptanya keseimbangan sistem ilmu pengetahuan di dunia.

Leave a Reply

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.