Agenda besar dua tahunan “Safari Haflah” (Saflah) kembali diselenggarakan oleh Himpunan Qari dan Qariah Mahasiswa (HIQMA) UIN Syarif Hidayatyullah Jakarta.
Tahun 2024 ini, event Saflah digelar mulai hari Rabu, 20 November 2024 sampai dengan Ahad, 24 November 2024. Daerah-daerah utama yang dikunjungi pada Saflah 2024 antara lain : Kota Sukabumi, Kota Yogyakarta, dan Kota Malang.
Acara yang diikuti oleh 50 orang anggota dan alumni HIQMA.
Tahun ini Saflah membawakan beberapa konsep yang berbeda daripada Saflah Edisi 2022, yakni adanya studi komparatif kaligrafi di Kota Sukabumi, dan acara kolaborasi “HISYAM” (Haflah Syiar Islam) di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Pada pukul 03.30 WIB dini hari, bus rombongan Saflah 2024 meninggalkan Kampus 1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menuju Kota Sukabumi via Jalan Tol Jakarta-Bogor-Ciawi (Jagorawi) dan Jalan Tol Bogor-Ciawi-Sukabumi (Bocimi).
Pada pukul 05.30 WIB rombongan peserta telah tiba di Masjid Agung Kota Sukabumi dan melaksanakan salat subuh sekaligus mengganti pakaian.
Selanjutnya semua peserta berjalan kaki menuju Alun-Alun Kota Sukabumi untuk menikmati suasana pagi dan membuat konten dokumentasi.
Kemudian saat dhuha menyingsing bus melanjutkan perjalanan menuju Pesantren Kaligrafi Al-Qur’an LEMKA dengan waktu tempuh sekitar 13 menit.
Ketika telah tiba di pesantren asuhan Dr. K.H. Didin Sirodjuddin A.R., M.A. tersebut, peserta disambut dengan hangat oleh santri dan pengurus pesantren. Selanjutnya rombongan mengikuti sesi pengenalan lingkungan pesantren dan room tour galeri kaligrafi.
Menutut salah satu pemandu tour pesantren, karya kaligrafi yang diperlombakan dalam MTQ dibagi menjadi 4 cabang : Naskah, Hiasan Mushaf, Dekorasi, dan Kontemporer.
Selain tentang jenis karya kaligrafi, para pemandu tour menjelaskan beberapa hal tentang kaligrafi termasuk makna karya maestro kaligrafi Asia Tenggara, K.H. Didin Sirodjuddin A.R.
Acara ceremonial studi komparatif kaligrafi dilaksanakan di Musala Putri Pesantren LEMKA.
Ketua Pelaksana Safari Haflah 2034, Wildan Miftahuddin, dalam sambutannya menyebut bahwa motivasi Ustaz Didin Sirodjuddin pimpinan Pesantren Kaligrafi Al-Qur’an adalah “menjadikan Indonesia sebagai poros kaligrafi dunia. Generasi muda dipandang harus memiliki semangat dan hal yang sama.”
Sambutan berikutnya disampaikan oleh Ketua HIQMA, Robbi Wildanul Ula. Robbi menyampaikan bahwa dipilihnya kaligrafi sebagai salah satu agenda Saflah disebabkan munculnya keresahan mengenai ada atau tidaknya lembaga kaligrafi di kampus.
Ia juga menyatakan bahwa HIQMA sanggup mewadahi mahasiswa dalam seni kaligrafi. Hal ini diafirmasi oleh Abang Abdul Hakim, S.Pd. (anggota Dewan Pertimbangan dan Organisasi) yang menambahkan bahwa tujuan peserta Saflah mengunjungi Pesantren LEMKA adalah dalam rangka mencari ilmu pengetahuan baru.
Pimpinan Pesantren Kaligrafi Al-Qur’an LEMKA yang akrab disapa Ustaz Didin memberikan wejangan kepada peserta yang hadir berupa pentingnya baca dan tulis Al-Qur’an.
Dosen Fakultas Adab dan Humaniora UIN Jakarta tersebut tidak sungkan-sungkan berbagi pengalaman beliau selama berkecimpung di dunia kaligrafi dan mendirikan LEMKA. Beliau juga menyampaikan bahwa ada enam tahap mempelajari Al-Qur’an : mengenal, membaca, menulis, memahami, mengamalkan, dan mencintai Al-Qur’an.
Acara inti diselenggarakan berupa sharing session yang disampaikan oleh salah satu pengajar di Pesantren LEMKA, Ustaz Hilmi Munawar.
Beliau berujar bahwa sebelum para khattat (kaligrafer) memulai goresannya, mereka selalu membersihkan jiwanya serta berdoa untuk diberi kekuatan, tulisan tidak salah jali, dan hasil yang baik.
Adapun motivasi dalam melakukan pekerjaan apapun (termasuk berlomba) boleh diikuti dengan hasrat asalkan niat, cara, dan tujuannya baik.
Dalam sesi tanya jawab, terdapat pertanyaan mengenai cara LEMKA mengajarkan 7 jenis khat (alias font Arab) dan 4 cabang kaligrafi dalam waktu setahun.
Menurut Ustaz Hilmi metode yang diajarkan adalah memperdalam jenis khat tertentu tetapi juga diselingi dengan pengajaran jenis khat dan karya kaligrafi.
Bahkan para santri LEMKA tidak mengenal waktu untuk mengasah kemampuan goresan mereka.
Selanjutnya ada sesi penyerahan piagam penghargaan yang diserahkan dari HIQMA kepada LEMKA dan dilanjutkan oleh penyerahan plakat dari Pesantren LEMKA kepada HIQMA.
Bahkan secara mengejutkan Ustaz Didin menyerahkan dua buah karya tulisnya tentang kaligrafi untuk HIQMA.
Kemudian ada penampilan haflah tilawah yang dibawakan oleh perwakilan santriwan dan santriwati LEMKA.
Penampilan mereka menjadi simbol bahwa dunia tilawah dan seni tulis Al-Qur’an tidak terpisahkan.
Studi komparatif mencapai puncaknya dengan adanya sesi praktik kaligrafi yang dipandu oleh Ustaz Teguh Prasetyo dan didampingi oleh santriwan/ti dan ustaz/ah pesantren.
Masing-masing peserta dibekali dengan peralatan kaligrafi dan selembar kertas khusus. Ustaz Teguh menjelaskan bahwa seni kaligrafi Arab dimulai dari titik yang berbentuk belah ketupat. Titik berfungsi sebagai standar ukuran, geometri, dan pemandu arah tulis.
Selanjutnya Ustaz Teguh menuliskan lafaz basmalah dengan kapur tulis dan diikuti oleh semua peserta.
Para pendamping mengajarkan dan mengoreksi setiap goresan yang dicoba oleh peserta.
Beberapa peserta diberi kesempatan oleh Ustaz Teguh untuk ujuk kebolehannya mempraktikkan tulisan huruf, lafaz basmalah, bahkan namanya sendiri.
Semua alat dan hsil praktik belajar kaligrafi berhak dibawa pulang oleh peserta. Acara ditutup dengan pembacaan doa, sesi foto bersama, dan salat zuhur.
Kemudian peserta dilepas dengan hangat oleh santri dan pengurus pesantren, bahkan mereka dengan serta merta dihadiahi cenderamata gantungan kunci berbentuk pena kaligrafi.
Dengan Saflah, telaah sejarah, ciptakan sebuah kisah!