Skip to main content

Tahun 2020 menjadi tahun yang cukup berat, tidak hanya masyarakat tanah air tapi hampir seluruh penduduk bumi.

Begitu banyak rangkaian kejadian mulai dari akhir tahun 2019 hingga hari ini yang masih terhitung pada awal tahun 2020. Diawali pada akhir tahun 2019 muncul sebuah virus di Wuhan salah satu kota yang terletak di China. Virus yang baru dinamai Novel-Coronavirus-Pneumonia-19 oleh Komisi Kesehatan Nasional China (menurut CNN Indonesia) ini, akhirnya menjadi pandemi di seluruh penjuru dunia. Hampir seluruh negara di dunia terjangkit virus ini, yang akhirnya menyebabkan dunia seakan terhenti dan beristirahat sejenak.

Pada akhir bulan Maret 2020, Indonesia positif menjadi negara yang juga terjangkit virus ini. Hingga hari ini pasien yang positif sudah lebih dari dua ribu jiwa menurut CNN Indonesia.

Karena itu pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk WFH (Work from Home) atau PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh). Pemerintah menegaskan untuk mayarakat Indonesia baik yang bekerja ataupun sedang mengenyam pendidikan untuk melakukan kegiatan atau aktivitas dari rumah masing-masing. Kebijakan yang memang terbilang baru dan dibuat secara mendadak, menyebabkan beberapa masyarakat yang tidak mengindahkan kebijakan ini.

Selain itu banyak juga yang mengeluh karena kegiatan yang biasa mereka lakukan menjadi berbeda dari biasanya. Terlepas dari pro dan kontra yang terjadi, ada satu hal yang menjadi isu dan masalah yang tidak bisa dianggap remeh, yaitu kesehatan mental. Isu ini sudah mulai digaungkan oleh para psikolog tidak hanya di Indonesia namun juga di dunia.

Pentingnya menjaga kesehatan mental pada kondisi pandemic sekarang sangat diperlukan, karena terbukti menjaga kesehatan mental akan membuat imunitas tubuh menjadi lebih baik.

Sebelum membahas lebih lanjut mengenai kesehatan mental, ada bagusnya mari kita berkenalan dengan apa dan bagaimana kesehatan mental itu?

Jika dilihat dari definisi WHO, individu yang memiliki kesehatan mental baik atau bagus adalah mereka yang menyadari akan potensi dirinya dan kesejahteraan batin; bisa mengelola pribadi saat dihadapkan pada sebuah masalah; dapat bekerja dengan produktif juga menghasilkan; dan bisa melakukan hal untuk berkontribusi dengan lingkungannya. Jika dilihat dari pengertian ini, penerapan lock down bisa membatasi masyarakat untuk mengaktualisasikan diri mereka agar mencapai predikat kesehatan mental.

Menurut perspektif Islam, kesehatan mental menurut Prof. Dr. Zakiah Daradjat dalam Purmansyah, adalah terhindar dari gejala-gejala gangguan jiwa dan gejala penyakit jiwa; kemampuan seseorang untuk menyesuaikan diri sendiri, orang lain, dan masyarakat yang ada di lingkungan; memiliki pengetahuan serta perbuatan yang bertujuan untuk mengembangkan dan memanfaatkan segala potensi, bakat dan pembawaan yang ada dengan semaksimal mungkin, sehingga tercapai kebahagiaan diri dan orang lain; terwujudnya keharmonisan yang sungguh-sungguh antara fungsi jiwa, serta memiliki kemampuan untuk menghadapi masalah yang biasa terjadi, dan merasakan secara positif kebahagiaan dan kemampuan yang dimilikinya. Prof. Dr. Zakiah Darajat merupakan pakar psikologi Islam dan beliau juga seorang psikolog Indonesia.

Dua pendapat tersebut sebenarnya memiliki pemahaman yang tidak jauh berbeda mengenai apa itu kesehatan mental dan bagaimana kita mengenalinya.

Pada masa pandemic ini memiliki pengaruh yang cukup kuat terhadap kesehatan mental seseorang. Contohnya adalah jika dilihat dari ciri-ciri kesehatan mental yang terdapat dalam WHO yaitu dapat bekerja produktif dan menghasilkan, masyarakat yang biasa bekerja di luar rumah akan terhalang karena kebijakan lock down, walaupun ada sebagian orang yang masih bisa melakukan pekerjaan tersebut di dalam rumah.

Selain hal-hal yang telah dijelaskan sebelumnya, banyak juga masyarakat yang merasakan jika dirinya cemas, bingung, marah dan lainnya disebabkan kondisi yang tidak wajar ini atau yang disebut dengan pandemic. Perasaan ini jika tidak ditangani dengan baik akan menghasilkan beberapa gangguan psikologis seperti gangguan kecemasan, stress, panik yang berlebihan, dan lainnya. Tentunya jika ini terjadi maka kesehatan mental individu akan terganggu.

Jika sudah terjadi seperti itu apa yang harus dilakukan? Apakah kita sebagai umat muslim memiliki cara sendiri dalam menangani hal tersebut? Bagaimana cara Al-Qur’an membantu individu dalam meningkatkan kesehatan mental mereka?

Islam sebagai agama yang sempurna, sudah mengatur segala bentuk kegiatan manusia mulai dari tidur hingga tidur lagi. Allah juga menjadikan Al-Qur’an sebagai obat bagi manusia baik untuk penyakit yang terlihat maupun yang bersifat ruhaniah.

Langkah pertama yang bisa dilakukan individu jika merasakan hal-hal di atas adalah, mengingat Allah dengan segala kebaikan dan keagungannya. Sebagaimana ditulis dalam QS. Ar-Ra’ad ayat 28, yang artinya “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, Hanya dengan menginat Allah-lah hati menjadi tentram”. Individu yang mulai merasakan cemas karena banyaknya pikiran yang mengganggu disebabkan oleh virus covid-19 ini, bisa melakukan kegiatan berzikir, shalat, dan lainnya untuk mengingat Allah.

Langkah selanjutnya adalah menyadari dengan sepenuh hati bahwa kejadian yang sedang berlangsung sekarang ini memanglah takdir dan ketetapan yang telah dibuat oleh Allah. Dengan kita bisa menyadari dan menerima semua ketetapan, maka kita pasti akan yakin bahwa disetiap kejadian yang berlangsung ada pelajaran berharga didalamnya.

Sebagaimana yang tertulis dalam QS. Al-Baqarah ayat 216, yaitu menjelaskan jika boleh jadi sesuatu yang kita benci sebenarnya hal tersebut baik untuk kita, bisa juga sebaliknya. Kaitanya dalam menangani kesehatan mental adalah, jika individu sudah menyadari dan menerima masalah yang dihadapi, maka akan mudah untuk individu tersebut menyelesaikan masalah yang ada.

Kemudian, kita juga harus berikhtiar dengan cara menjaga pola hidup sehat, seperti yang sudah banyak disosialisasikan oleh pemerintah atau tenaga medis diantaranya yaitu mencuci tangan dengan teratur, menjaga pola makan, istirahat yang cukup, olahraga, dan lainnya. Dalam Islam sendiri hal ini sudah diterapkan dan diperintahkan kepada para pengikutnya untuk menjaga kebersihan mereka, salah satu contohnya dengan berwudhu. Berwudhu jika dilakukan dengan tertib dan benar akan sangat bermanfaat bagi siapa saja yang melakukannya.

Selain hal-hal yang sudah dijelaskan, ada beberapa cara lain yang bisa dilakukan untuk menjaga atau meningkatkan kesehatan mental kita ditengah wabah covid-19 ini, diantaranya adalah:
  • Tetap berpikir positif dan menghindari pikiran negatif, seperti mengatakan kepada diri sendiri bahwa imunitas yang dimiliki sangat baik untuk melawan virus, berpikir bahwa tindakan yang dilakukan sudah membantu untuk menghindari terjangkitnya virus ini, dll.
  • Mengatur atau memanajemen setiap informasi yang didapatkan mengenai virus ini.
  • Bersyukur akan setiap hal yang telah dialami
  • Menjaga hubungan baik dengan orang lain dan orang terkasih, sehingga kita tidak merasa bahwa yang mengalami hanyalah diri kita sendiri.
  • Jika memang merasa butuh bantuan tenaga ahli seperti psikolog, jangan sungkan atau malu untuk meminta bantuan kepada mereka. Karena sudah banyak lembaga psikologi yang menawarkan bantuan untuk memberikan konseling secara gratis pada masa pandemic ini.
Bagi penulis yang masih diyakini hingga saat ini adalah, jika memang Allah sudah menakdirkan sesuatu akan terjadi, mau menghindar sejauh apapun tetap kita akan bertemu dengan takdir tersebut. Teruslah menebar kebermanfaatan kepada sekitar, mulai aware terhadap sesama dan juga terkait kesehatan mental ini. Sebab dalam fisik yang sehat ada jiwa yang kuat.

Sumber:

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20200404143554-20-490309/update-corona-4-april-2092-kasus-191-meninggal-150-sembuh

Ariadi, Purmansyah. 2013. Kesehatan Mental dalam Perspektif Islam. Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang. Syifa’Medika Vol. 3. No. 2. Hlm.119-127

Latifa, Rena dan Vini Wardhani. 2020. Covid Series. Ikatan Psikologi Klinis Indonesia Wilayah Jakarta

Penulis : Syilvi Syukriah

2 Comments

  • Fajar berkata:

    Terimakasih

  • Ciwarr berkata:

    Sesuatu yang sudah terjadi itulah yang dinamakan takdir, begitulah kira2 penjelasan dari NDP. Selagi masih diberi kekuatan dan kesehatan, dijagalah, dirawat. Nggak ada yang namanya bunga tumbuh mekar kalau nggak disiram. Begitu juga kesehatan. Semua berawal dari sebuah tindakan kecil, tapi bermanfaat besar bagi keseluruhannya. Tetap jaga kesehatan dan nggak lupa selalu berdo’a kepada yang Maha Berkuasa, Maha Pengasih dan Maha Penyayang.

Leave a Reply

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.