HIQMA (25/09/22) Himpunan Qari dan Qariah Mahasiswa (HIQMA) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta kembali menyelenggarakan Training Kader (TRIK) tahun 2022 dengan mengusung tema “Menjadi Generasi Hebat, Bersama Al-Qur’an Sang Pedoman Umat”. Kegiatan ini berlangsung secara luring, tepatnya di Masjid Al-Jami’ah Student Center UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dengan dihadiri oleh 137 peserta, mereka belajar mengenai kealqur’anan.
Sebelum acara dibuka, para calon anggota HIQMA membaca Al-Qur’an dan Solat Dhuha berjama’ah, disusul dengan pembacaan shalawat Nurul Huda yang diikuti para calon anggota HIQMA, dan pembagian hasil Placement Test.
Materi I yang berjudul “Waqaf, Ibtida dan Tempo Bacaan” oleh Abang Windi Hamdani, S. Ag, yang merupakan ketua HIQMA masa bakti tahun 2018, dengan moderator yakni Abdul Hakim. Pada penyampaiannya, Abang Windi Hamdani menjelaskan bahwa Waqaf itu salah satu tempat berhenti ketika kita membaca Al-Qur’an, manfaat memahami waqaf salah satunya memaniskan bacaan. Orang yang memahami waqaf dan ibtida akan mengerti mana harus berhenti dan dari mana memulainya. Jenis Waqaf sendiri yaitu Waqaf Ikhtibari, Waqaf Intizhari, Waqaf Idl-thirari, dan Waqaf Ikhtiyari. Bagian dari Waqaf Ikhtiyari itu ada Waqaf Tamm, Waqaf Kafi, Waqaf Hasan, dan Waqaf Qabih. Waqaf membuat kita agar tidak berhenti di sembarang tempat.
Ibtida tidak akan terjadi bila tidak ada waqaf, karena itu waqaf dan ibtida tidak bisa dipisahkan. Ibtida berarti harus memulai dari, atau berkaitan dengan pemberhentian sebelumnya. Sedangkan tempo bacaan Al-Qur’an terdiri dari tingkatan cepat (Al-Hadr), perlahan-lahan dan jelas atau normal (Al- Tadwir) dan lambat (Al- Tahqiq). Tempo bacaan harus disesuaikan dengan kemampuan menguasai ilmu tajwid. Pada sebelum akhir pemaparan materi, Abang Windi memberi wejangan bahwa orang yang suaranya bagus, belum tentu bacaannya bagus. Karena kebagusan bukan hanya dinilai dari suara, tapi juga tajwidnya, makhrajnya dan lain sebagainya.
Penyampaian materi ke-2 yang berjudul “Shifat Al-Huruf” oleh Ustadz Ahmad Hidayatullah, S.H.I, yang merupakan anggota HIQMA tahun 2002, dan dimoderatori oleh M. Izbik Mas’ud.
Dalam penyampaiannya, Ustadz Ahmad Hidayatullah menjelaskan bahwa salah satu permasalahan dalam ilmu tajwid ialah memahami sifat-sifat huruf hijaiyyah, secara etimologi Shifat al-Huruf yaitu karakter yang menempel pada huruf hijaiyyah, jadi ada sesuatu yang menempel pada sesuatu. Secara istilah dalam ilmu tajwid ialah perilaku atau tata cara membaca huruf-huruf. Sifat itu mencirikan sesuatu pada huruf-huruf dan kita bisa mengkarakteristikan huruf-huruf tersebut.
Jumlah Shifat al-huruf ada 17, dari 17 ini dibagi dua kategori yaitu sifat-sifat yang berlawanan dan sifat-sifat yang tidak berlawanan. Ada 10 sifat yang berlawanan, yaitu sifat Jahr (keras) lawannya yaitu Hams (lunak), sifat Syiddah berlawanan dengan sifat Rakhawah, sifat Isti’la berlawanan dengan sifat Istifal, sifat Itbaq berlawanan dengan sifat Infitah, dan sifat Izlaq berlawanan dengan sifat Ismat. Sifat-sifat yang tidak memiliki lawan yaitu sifat Shafir, sifat Qolqolah, sifat Lin, sifat Inhiraf, sifat Takrir, sifat Tafasysyi, dan sifat Istithalah.