HIQMA – (Kamis, 2 Maret 2023), Himpunan Qari dan Qariah Mahasiswa (HIQMA) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta kembali menjalankan rutinitasnya yaitu “Maulidan dan Kajian Malam Jumat”. Rutinan Malam Jumat ini dihadiri oleh anggota, pengurus, dan alumni HIQMA. Acara dimulai pukul 18:30 WIB. Diawali dengan pembacaan Yasin dan Tahlil, dilanjutkan dengan pembacaan maulid diba yang sangat khidmat diikuti oleh seluruh orang yang hadir dalam acara tersebut.
Acara selanjutnya yaitu Kajian Malam Jumat dengan bertemakan “Membangun Karakter Anak Bangsa”, Kajian Malam Jumat ini diisi oleh DPO (Dewan Pertimbangan Organisasi) HIQMA Abang M. Reza Saputra S.H yang juga dalam rangka Syukuran Wisudawan ke-127 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Kajian itu pun berhasil menarik antusias hadirin untuk menyimak materi yang akan disampaikan.
Diawal kajian, pemateri menjanjikan akan memberikan hadiah uang senilai lima puluh ribu rupiah bagi hadirin yang berani melafalkan teks pembukaan UUD 1945. Tak lama, seorang mahasiswi yang duduk di sudut ruang pun mengangkat tangannya dan maju ke depan. Dengan lantang, ia melafalkan pembukaan UUD 1945 itu tanpa melihat teks dan berhasil mendapat hadiah yang telah dijanjikan. Tak lain, pemateri melakukan hal ini untuk meningkatkan kesadaran hadirin akan pentingnya pengetahuan mengenai dasar negara kita. Setelah itu, beliau menyampaikan bahwa memahami dasar negara adalah hal yang harus dilakukan dalam berbangsa dan bernegara. Selain itu, pemahaman yang baik mengenai UUD 1945 dapat membentuk karakter anak bangsa agar mereka tidak mudah terpengaruh oleh hal-hal buruk.
Seperti dikatakan oleh Dr. Moh. Ghozali Bagus Saputra bahwa tokoh dunia seperti Mahatma Ghandi sangat mengedepankan pendidikan karakter dengan cinta, rasa, dan asa. Tokoh-tokoh dunia itu sangat memperhatikan karakter. Abang Reza pun berpesan kepada hadirin untuk senantiasa mewujudkan karakter diri yang baik. Selain itu, beliau juga berpesan untuk senantiasa menjaga hubungan baik dengan keluarga. “Selesaikanlah dulu masalah batin kalian dengan keluarga, maka masalah lain juga akan selesai”, begitu ucapnya.
Pemateri juga menyampaikan bahwa wakil Tuhan menurut hukum itu adalah hakim, tapi dalam kehidupan sehari-hari wakil Tuhan adalah Ibu. Oleh karena itu, janganlah sekali-kali menggunakan kemahiran public speaking kita untuk mendebat orang tua, apalagi Ibu. Menurutnya, beruntung sekali orang-orang yang masih memiliki orang tua karena masih memiliki kesempatan untuk berbakti.
Di akhir kajian, pemateri menyampaikan bahwa jenis karakter itu ada tiga; pertama mapan secara intelek (pendidikan), kedua moral (akhlaq), dan ketiga sosial (peduli terhadap lingkungan sekitar). Kecerdasan sangat diperlukan agar tanggung jawab dapat terlaksana dengan baik. “Jadilah orang yang tidak tahu dalam hal apapun. Yang dimaksud dengan sikap tidak tahu bukan berarti menjadikan diri kita sebagai orang bodoh, namun orang yang selalu haus akan ilmu. Siap menerima dan mendengarkan meskipun sebenarnya kita sudah tahu. Pengandainya seperti padi, semakin ia berisi maka akan semakin merunduk”, begitulah pesan terakhir oleh pemateri sebagai penutup kajian.