https://ldii.or.id/wp-content/uploads/2022/04/MAKANAN-750×375.jpg
Berpuasa adalah praktik ibadah yang dilakukan oleh umat Muslim sebagai bagian dari kewajiban agama. Namun, selain aspek keagamaan, puasa juga memiliki manfaat dalam mengembangkan disiplin dan kendali diri melalui keterbatasan dalam prosesnya. Hikmah keterbatasan dalam berpuasa adalah belajar menghargai nikmat-nikmat Allah. Berpuasa adalah ibadah yang membawa banyak hikmah yang dapat diambil oleh umat Muslim dalam menjalankannya. Salah satunya hikmah agar menjadi pribadi Muslim yang selalu bersyukur. Ketika seseorang berpuasa, ia bisa merasakan langsung bagaimana penderitaan orang lain yang berkekurangan, yang bisa menumbuhkan rasa empati dan simpati lalu muncul dalam dirinya untuk bersyukur.
Berpuasa juga dapat menunjukkan ketaatan kita kepada Allah SWT dengan sungguh-sungguh menjalankannya, menyadari bahwa sudah banyak limpahan nikmat yang tentunya harus disyukuri. Selain itu, puasa Ramadhan juga mengajarkan tentang solidaritas dan kepedulian sosial, mengajar umat muslim untuk memperbanyak amal kebaikan, termasuk memberikan sedekah serta membantu sesama yang membutuhkan. Mengapa demikian?
Dalam menjalankan ibadah puasa, umat muslim perlu menahan lapar, dahaga, dan godaan lainnya, serta menahan diri dari perilaku buruk. Maka hal ini membuat umat muslim menghadapi berbagai tantangan dan kesulitan dalam prosesnya. Namun, justru dipicu oleh kesulitan dan keterbatasan yang kita hadapi, membuat kita berusaha untuk mengatasi perasaan lapar dan haus tersebut, dengan cara yang bermanfaat, seperti memperbanyak beribadah, beramal baik, berdoa, muhasabah diri, dan mengingat kebahagiaan orang yang berpuasa seperti yang telah disabdakan oleh Nabi SAW :
لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ: فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ، وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ
Artinya, “Orang yang berpuasa akan meraih dua kegembiraan, kegembiaran ketika berbuka puasa/berhari raya, dan kegembiraan ketika bertemu Tuhannya.” (HR. Muslim)
Menurut Pakar Psikolog UGM Dr. Bagus Riyono, M.A., mengatakan terakit pengalaman psikologis individu ketika mereka menghadapi penundaan kepuasan dari makan, minum, emosi dan lainnya. Maka dengan adanya jeda dari tindakan impulsif akan menurunkan tingkat stress dalam diri. Selain itu, puasa Ramadan menjadi momentum untuk bersiap-siap menjalani kehidupan setelah puasa. Hal ini, disinggung pula dalam ayat berikut :
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ كُتِبَ عَلَيۡكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ ١٨٣
“Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah : 2 : 183)
Dapat dimaknai bahwa keutamaan puasa bukan hanya sebatas tidak makan dan minum, namun juga untuk memunculkan integritas dalam setiap diri seorang muslim atas keesaan Allah SWT. untuk meningkatkan level takwa dan rasa syukur, sehingga kelak mencapai kemenangan spiritual pada bulan yang penuh berkah ini. Sebab, Allah SWT. berfirman pula :
وَإِذۡ تَأَذَّنَ رَبُّكُمۡ لَئِن شَكَرۡتُمۡ لَأَزِيدَنَّكُمۡۖ وَلَئِن كَفَرۡتُمۡ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٞ ٧
Artinya : (Ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku benar-benar sangat keras.” (QS. Ibrahim : 14 : 7)
Maka, jadikanlah bulan Ramadan ini sebagai rangkaian pembelajaran untuk kita meningkatkan syukur, melalui keterbatasan yang kita hadapi dalam prosesnya, sebab Allah SWT telah berjanji akan menambah nikmat kepada tiap-tiap hamba-Nya yang senantiasa bersyukur. Mari berlomba-lomba menunjukkan rasa syukur kita kepada Allah, dengan mengisi bulan Ramadan dengan rangkaian ibadah. Jangan sampai kita menjadi orang-orang yang merugi sebab gagal memanfaatkan momentum Ramadan untuk mencapai ridho Allah SWT dan kedamaian lahir batin.
Dengan demikian, menghayati hikmah dan makna yang terkandung dalam ibadah puasa Ramadan, umat Muslim diberi kesempatan untuk memperdalam hubungan spiritual dengan Allah SWT serta memperkaya nilai-nilai kehidupan. Dengan berpuasa, kita belajar menghargai nikmat-nikmat Allah, meningkatkan rasa syukur, dan mengasah kepedulian sosial serta disiplin diri. Meskipun dihadapkan pada tantangan dan kesulitan, puasa mengajarkan kita untuk mengatasi dengan baik, bahkan dapat mengurangi tingkat stres dalam diri.
https://ldii.or.id/wp-content/uploads/2022/04/MAKANAN-750×375.jpg
DAFTAR PUSTAKA
Humas Baznas (2024). Hikmah Puasa Ramadhan: Memahami Filosofi dan Kedalaman Makna di Balik Ibadah Puasa. Diakses 18 Maret 2024, dari Website Official Baznas.
Kementrian Keuangan Republik Indonesia (2016). Makna Ibadah Puasa untuk meningkatkan disiplin diri dan Etos Kerja Pegawai DJKN. Diakses 18 Maret 2024, dari Website Kementrian Keuangan Republik Indonesia.
Ajeng, Ratna & Muhammad, Hafil (2023). Memaknai Kelemahan dan Keterbatasan Manusia. Diakses 18 Maret 2024, dari Website Republika.
https://islamdigest.republika.co.id/berita/ru4e4t430/memaknai-kelemahan-dan-keterbatasan-manusia
Nashori, Fuad. (2019). 7 Manfaat Puasa dalam Tinjauan Psikologi, dari Website Resmi Fakultas Psikologi dan Ilmu Budaya UII
https://fpscs.uii.ac.id/blog/2019/05/07/7-manfaat-puasa-dalam-tinjauan-psikologi/
Ekaptiningrum, Kurnia. (2023). Pakar UGM Jelaskan Manfaat Puasa Bagi Kesehatan Fisik dan Mental. Diakses 18 Maret 2024, dari Website Resmi Universitas Gajah Mada.
https://ugm.ac.id/id/berita/23577-pakar-ugm-jelaskan-manfaat-puasa-bagi-kesehatan-fisik-dan-mental/