(Kamis, 25 Maret 2021) Himpunan Qari dan Qariah Mahasiswa (HIQMA) sebagai Unit Kegiatan Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, kembali mengadakan kegiatan rutinan malam jumat yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas keimanan para pecinta Al-Qur’an. Kajian ini dilaksanakan setelah terlebih dahulu melakukan rutinitas malam jumat seperti pembacaan yaasiin, tahlil, maulid, dan berbagai shalawat. Pada Kamis, 25 Maret 2021 HIQMA melaksanakan kajian dengan tema “AL-Qur’an Sahabatku (Strategi Ziyadah dan Murojaah Hafalan)” dengan materi yang di sampaikan oleh Ustadz Iqbal Firdaus. Kajian ini dilaksanakan di Sekretariat HIQMA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta-via daring melalui google meet.
Mengusung tema “AL-Qur’an Sahabatku (Strategi Ziyadah dan Murojaah Hafalan)”. Jika dilihat dari kata ‘sahabat’, sahabat dapat diartikan sebagai seseorang atau sesuatu yang sangat dekat dengan kita. Artinya “Sahabat Al-Qur’an” adalah mereka yang menghabiskan waktunya dan selalu meluangkan waktunya untuk mengaji Al-Qur’an. Rasulullah saw. bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم إِنِّمَا مَثَلُ صَاحِبِ الْقُرْآنِ كَمَثَلِ صَاحِبِ الْإِبِلِ الْمُعَقَّلَةِ إِنْ عاهَدَهاَ عَلَيْهَا أَمْسَكَهَا وَ إِنْ أَطْلَقَهَا ذَهَبَتْ -البخاري
Artinya: Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda,”Sesungguhnya perumpamaan shahib Al Qur’an seperti pemilik onta yang bertali kekang. Jika ia terus-menerus menjaganya (tali) atasnya (onta) ia menahannya dan jika ia melepasnya (tali) maka ia (onta) pergi”. (Riwayat Al Bukhari).
Hadis tersebut mengatakan bahwasanya para penghafal Al-Qur’an harus senantiasa menjaga hafalannya. Sebab Al-Qur’an lebih pencemburu daripada wanita, apabila kita lengah sedikit dan terfokus kepada urusan yang lain, maka dia (Al-Qur’an) sedikit demi sedikit akan menjauh dari hidup kita. Berikut beberapa syarat yang wajib dipenuhi sebelum kita memasuki dunia huffaz (penghafal Al-Qur’an) :
pertama yang harus dilakukan adalah meluruskan niat, tanyakan pada diri sendiri terlebih dahulu niat serta tujuan dalam menghafal Al-Qur’an. Apakah ingin terkenal berkat hafalan Al-Qur’an atau menjadi imam tarawih saat bulan Ramadan? Atau keinginan lainnya yang berhubungan dengan dunia. Hal yang demikian diperbolehkan saja akan tetapi lebih baiknya lagi bila niat tersebut dilandasi dengan mendekatkan diri kepada Allah Swt. Karena sesungguhnya apabila kita telah mendapatkan ridho Allah maka segala hal yang ada di dunia dan akhirat akan dijamin oleh Allah Swt. Niat ini menjadi tolak ukur dalam kesuksesan menjadi penghafal Al-Qur’an. Apabila niat hanya untuk kepentingan duniawi saja maka saat proses menghafal akan menemui banyak kesulitan. Berbeda jika niat tulus ikhlas dimaksudkan untuk kepentingan ukhrawi.
Syarat kedua Ketika ingin menjadi penghafal Al-Qur’an, haruslah memiliki kemampuan dalam membaca Al-Qur’an dengan baik. Hal ini juga menjadi syarat mutlak dalam dunia tahfidz Al-Qur’an. Apabila seseorang telah memiliki banyak hafalan, namun kemampuan membaca Al-Qur’an dengan benar ini masih belum memenuhi standar ketetapan yang telah ditentukan, dikhawatirkan akan terasa sulit ketika mengulang hafalan. Seseorang dikatakan fasih, bukan hanya mereka yang bersuara indah. Namun yang perlu diperhatikan adalah penerapan ilmu tajwid yang sesuai. Kerap kali ditemui Sebagian para Qari melakukan kesalahan dan tidak jarang yang yang masih mengutamakan lagu, dimaksudkan agar elok saat didengar. Namun kadang hal tersebut malah menyalahi kaidah tajwid. hal demikianlah yang mestinya kita hindari.
Syarat ketiga yakni memiliki mushaf yang paten. Untuk ketentuan mushaf sendiri, tidak ada spesifik khusus yang diwajibkan. Akan tetapi, disarankan menggunakan mushaf pojok agar lebih memudahkan dalam menghafal Al-Qur’an. Selain itu dalam proses menghafal upayakan tidak mengganti-ganti mushaf yang digunakan. Hal tersebut akan mengurangi kepekaan dan kualitas hafalan. Syarat keempat dalam proses huffaz, yaitu istiqamah dalam waktu dan target hafalan. Sudah menjadi keharusan sebagai seorang penghafal dalam memperbanyak waktu bersama Al-Qur’an. Biasakan istiqamah membaca Al-Qur’an sehari sebanyak tiga juz. Berbeda dengan pesantren takhasus, biasanya santri selalu membaca Al-Qur’an setiap harinya dengan target minimal lima juz.
Terakhir syarat yang kelima, dengan menyetorkan hafalan kepada guru yang kompeten di bidangnya, atau kepada teman yang memiliki hafalan lebih dari kita. Sebab jika kita menghafal pribadi tanpa tasmi’ (didengarkan oleh orang lain) terkadang kita tidak mengetahui bagaimana kualitas hafalan kita, letak-letak kesalahan dan lain sebagainya.
Kemudian masuk pada pembahasan ziyadah hafalan. Kemampuan setiap orang pastilah berbeda-beda. Ada yang lebih cepat dalam mengingat, ada pula yang membutuhkan waktu lebih lama. Sebagaimana metode yang di ajarkan oleh K.H Akhsin Sakho, kita dianjurkan untuk membaca dan menghafal sebanyak tiga puluh kali. Hal ini bertujuan agar bacaan yang sedang dihafal semakin terekam di kepala. Kembali kepada kemampuan masing-masing individu. Hal terpenting pada saat menambah hafalan sebisa mungkin menyingkirkan sesuatu yang tidak ada kaitannya dengan menghafal Al-Qur’an, sebab akan mengganggu konsentrasi.
Waktu efektif ada pada 15 s.d 30 menit pertama, maka gunakan konsentrasi penuh diwaktu ini. Tentukan waktu produktif untuk menambah hafalan, tentukan target yang akan dicapai. Apabila target tidak tercapai maka harus ada tambahan waktu untuk mencapai target harian tersebut. Metode terbaik dalam menghafal Al-Qur’an ialah sering membacanya, semakin sering dibaca maka semakin kuatlah hafalannya. Janganlah terburu-buru dalam mengahafal, karena bertujuan agar cepat khatam. Pelan dan mantapkan hafalan di setiap ayatnya. Setelah ziyadah kemudian masuk ke tahapan murojaah. Strategi murojaah tidaklah sulit, namun lakukan sesering mungkin di waktu santai, misalnya saat naik kendaraan atau terapkan hafalan dalam sholat lima waktu. Tambahkan porsi lebih untuk hafalan lama, karena lebih banyak yang harus diulang-ulang setiap ayatnya.
Kesimpulan yang dapat diambil dari kajian ini adalah, untuk menjadi seorang penghafal yang sukses selalu luangkan waktu, perbanyak waktu bersama Al-Qur’an. Dengan kalimah hamdalah dan doa kajian ditutup. Melalui kegiatan ini semoga ilmu yang disampaikan oleh pemateri dapat bermanfaat dan diaplikasikan ke dalam kehidupan sehari-hari dan kita semua termasuk golongan orang-orang yang Ahlul Qur’an.
Semoga bermanfaat.
WaAllahu A’lamu Bish-Showwab.
masyaallah mantap