Dalam rangka memperingati hari besar bagi umat Islam – Isra mi’raj Nabi Muhammad Saw– pada 27 Rajab 1442 H, Himpunan Qari dan Qariah Mahasiswa (HIQMA) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mengadakan kegiatan yang berupa Iktibar Malam Sejarah Rasulullah Saw., Ad-Dardir ‘ala Qishatil Mi’raj dengan mengusung tema “Pesan Tersirat dalam Perjalanan Sang Pemimpin Umat.”
Kegiatan ini berlangsung mulai tanggal 09 s.d. 11 Maret 2021. Dalam menyelenggarakan acara tersebut, HIQMA bekerja sama dengan Yayasan Pondok Pesantren Al-Fachriyah Tangerang. Acara inti pada kegiatan ini adalah pengajian kitab kuning yang diisi oleh narasumber mulia, Habib Ahmad bin Novel bin Salim bin Jindan, dengan rujukan kitab Ad-Dardir ‘Ala Qishatil Mi’raj buah karya Al-Imam Abi Al-Barkat Sayyid Ahmad Ad-Dardiri.
Kegiatan ini berlangsung secara daring dan luring dari Pondok Pesantren Al-Fachriyah, Kec. Larangan, Ciledug, Tangerang, Banten. Kegiatan ini diawali dengan acara pembukaan yang dimulai pukul 17.00 WIB setelah kegiatan rutin pondok selesai. Dipandu oleh Master of Ceremony, Abdul Hakim. Lalu dilanjutkan dengan lantunan ayat suci Al-Qur’an oleh Okki Dwi Cahya. Kemudian disusul dengan laporan dari ketua pelaksana, Mohammad Izbik Mas’ud, sambutan dari Ketua HIQMA Masa Bakti Tahun 2021, Roby Awwaluddin. Kemudian kegiatan ini dibuka secara resmi oleh Pembina HIQMA, Ustadz Dr. H. Ahmad Tholabi Kharlie, S.H., M.H., M.A. Acara ini dihadiri sekitar 179 peserta terdaftar dari berbagai daerah dan kalangan.
Pada hari pertama, pengajian dimulai pukul 18.30 WIB seusai melaksanakan salat magrib. Diawali dengan pembacaan salawat kemudian pembacaan kitab Ad-Dardir ‘Ala Qishatil Mi’raj. Dalam kajian kitab tersebut, Habib Ahmad bin Novel bin Salim bin Jindan menegaskan, bahwa ada sebuah kekeliruan dari mengartikan makna isra mi’raj.
“Kurang tepat ketika kita menyatakan Nabi Saw., melakukan perjalanan isra mi’raj, tetapi yang tepat itu adalah diperjalankan. Nabi Saw., diperjalankan pada malam tersebut dari masjidilharam ke masjidilaqsa. Atau bahasa yang lebih gamblang lagi, Nabi Saw., diberangkatkan.”
Beliau juga menjelaskan secara rinci bagaimana peristiwa isra mi’raj berawal dan berlangsung; mulai dari penjelasan tentang keistimewaan Masjidiharam, gambaran burak, perjalanan isra dari Masjidilharam ke Masjidilaqsa yang mana Nabi Saw., berziarah ke tempat bersejarah umat-umat terdahulu, hingga Rasulullah Saw., sampai ke kuburan Siti Masyithah yang sangat harum karena menjaga ketauhidannya.
Sama halnya dengan hari sebelumnya, hari kedua yang bertepatan dengan tanggal 10 Maret 2021. Acara dimulai pada pukul 18.30 WIB seusai dilaksanakannya salat magrib, dengan diawali pembacaan salawat sambil menunggu kedatangan narasumber mulia, Habib Ahmad bin Novel bin Salim bin Jindan. Pengajian pun dimulai dengan membahas tentang bagaimana Nabi Saw., diperlihatkan Allah Swt., berbagai peristiwa-peristiwa aneh yang menyimpan pesan tersembunyi ketika peristiwa isra mi’raj. Pengajian hari ke dua ini berakhir dengan sesi tanya jawab dari peserta online maupun offline.
Pada hari terakhir, 11 Maret 2021 kajian kitab dihatamkan mulai pukul 16.00 WIB hingga 17.30 WIB. Habib Ahmad bin Novel bin Salim bin Jindan melanjutkan pembahasan terakhir kitab ini, yakni bagaimana Nabi Saw., dimi’rajkan. Setelah Nabi Saw., bertemu para Nabi di Baitul Maqdish, Nabi Saw., mulai menaiki tangga-tangga langit bersama Malaikat Jibril. Kemudian disambut oleh Malaikat penjaga di setiap langit dan bertemu dengan beberapa Nabi terdahulu. Hingga sampailah Nabi Saw., di Sidratul Muntaha dan Mustawa yang merupakan pohon besar yang menjadi puncak dari langit-langit, di sana lah Nabi Saw., bertemu Allah Swt. Habib Ahmad bin Novel bin Salim bin Jindan menegaskan bahwa kita tidak bisa berangan-angan tentang gambaran yang Nabi Saw., saksikan saat Isra mi’raj.
Beliau menegaskan,
“Jangan pernah berambisi (siapapun) apa yang dirahasiakan oleh Allah Swt., sebab itu terlalu agung, saking agungnya itu dirahasiakan oleh Allah Swt., maka memahaminya secara keseluruhan itu tak akan mungkin bisa.”
Di sanalah Nabi Saw., menerima perintah salat lima waktu sehari semalam, yang awalnya diperintah 50 waktu salat fardu, dengan pertimbangan dan negosiasi dari Nabi Musa a.s. Setelah menerima mandat itu, Nabi Saw., diturunkan lagi ke bumi lalu beliau menceritakan kisahnya kepada kaum Quraisy.
Dengan ini, tamatlah pembahasan kisah Isra mi’raj Nabi Saw., yang merupakan peristiwa sejarah yang agung yang mesti diimani oleh umat Islam. Seusai pengajian kitab, ditutuplah kajian ini dengan doa oleh Habib Ahmad bin Novel bin Salim bin Jindan, lalu pemberian plakat kenang-kenangan yang diwakilkan oleh Abangda Jeffri Maulana selaku ketua Dewan Pertimbangan Organisasi (DPO) HIQMA. Alhamdulillah kegiatan ini berlangsung dengan baik dan lancar atas izin Allah Swt.
MasyaAllah